Layanan Internet Starlink dari Elon Musk, jadi Game Changer bisnis layanan Internet/ISP kah? bahkan Game Changer di bisnis mobil, lha kok bisa? - Telecommunication | Digital | Internet Speed Test

Layanan Internet Starlink dari Elon Musk, jadi Game Changer bisnis layanan Internet/ISP kah? bahkan Game Changer di bisnis mobil, lha kok bisa?

Untuk mereka yang saat ini karena lokasi rumah atau kantor kesulitan untuk mendapatkan layanan internet akses dengan kecepatan tinggi, mulai ada secercah harapan, karena Om Elon Musk, lewat Starlink nya sudah menggebrak dengan solusi layanan Internet via Satelit.

Saat ini layanan internet nya memang masih Beta, dari informasi yang diberikan Starlink, kecepatan internet nya ada di range 50Mbps - 150Mbps, dengan latency di range 20ms-40ms.

Sosok Elon Musk dibelakang layanan Internet Starlink memberi banyak harapan, karena Elon Musk sudah dikenal dengan kemampuannya memberikan produk dan layanan yang Out-of-the-Box, kita bisa lihat misal dari layanan financial PayPal, roket SpaceX hingga mobil Tesla nya.

Satelit Indonesia

01

Satelit

Di Indonesia, menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia, Satelit adalah suatu benda yang beredar di ruang angkasa dan mengelilingi bumi, berfungsi sebagai stasiun radio yang menerima dan memancarkan atau memancarkan kembali dan/atau menerima, memproses dan memancarkan kembali sinyal komunikasi radio.

Luas nya ruang angkasa memerlukan pengaturan juga pengoperasian satelit ini. Di atur antara Satelit Indonesia dan Satelit Asing. Satelit Indonesia adalah Satelit yang menggunakan Filing Satelit Indonesia. Satelit Asing adalah Satelit yang menggunakan Filing Satelit Asing.

Apa itu Filing Satelit? 

Filing Satelit adalah dokumen teknis dari jaringan sistem satelit dan dokumen lain yang didaftarkan kepada ITU (International Telecommunication Union) oleh Administrasi Telekomunikasi untuk dapat menggunakan spektrum frekuensi radio dinas satelit di orbit satelit tertentu sesuai dengan ketentuan ITU. 

Sedangkan, Orbit Satelit sendiri adalah suatu lintasan di angkasa yang dilalui oleh pusat masa satelit.


Filing Satelit


Lokasi yang telah memasang perangkat VSAT (Very Small Aperture Terminal), akan mengarahkan ke atas / ruang angkasa, dimana target satelit / geostasioner berada.

Indonesia dan Satelit

Menurut data dari kementrian koordinator bidang kemaritiman dan investasi Indonesia (Kemenkomarves) sampai dengan Desember 2019, jumlah pulau hasil validasi dan verifikasi Indonesia mencapai 17.491 pulau.

Membangun jaringan telekomuikasi di Indonesia dengan ribuan pulaunya menjadi tantangan tiap periode kabinet yang terbentuk. Para penyelenggara jaringan dan jasa telekomunikasi tidak bisa bekerja sendiri membangun jaringan telekomunikasi ke pulau-pulau hingga pelosok negeri.

Berbagai inisitatif dilakukan pemerintah, setelah rampung kabel laup Palapa Ring, kita akan menunggu suguhan kelarnya project satelit multifungsi Satria, yang ditargetkan siap di Q3 tahun 2023.

Satelit Satria akan menyediakan 150Gbps ( High Throughput Satelit ) untuk mendukung sekitar 149.400 lokasi, dimana nantinya diperuntukan untuk (93.900 sektor pendidikan (SD, SMP, SMA), 47.900 pemerintahan (kelurahan, kecamatan), 3.900 pertahanan & keamanan (polres, polres, TNI AD-AU-AL), dan 3.700 layanan kesehatan (puskesmas).

Layanan data melalui VSAT atau satelit ini di Indonesia sendiri sudah lama di kenal, ada yang menggunakan Ku-Band, Ka-Band dan C-Band. Yang cukup stabil terhadap perubahan cuaca adalah perangkat / layanan VSAT yang menggunakan C-Band.

Bank di Indonesia banyak menggunakan VSAT untuk mendukung jaringan kantor dan ATM-ATM nya. Bahkan Bank BUMN BRI sampai punya satelit sendiri, BRIsat, untuk mendukung kepentingan operasional bisnis nya yang sampai ke pelosok-pelosok negeri.

Provider VSAT di Indonesia

Jika menginginkan layanan komunikasi data VSAT, di Indonesia sudah banyak yang siap melayani. Beberapa provider VSAT itu diantaranya:

Saat ini yang banyak menggunakan layanan VSAT adalah perusahaan, karena untuk penyediaan perangkat dan instalasi sendiri lumayan mahal, paling tidak menyiapkan mulai IDR 5 juta. Belum lagi biaya bulanan yang masih mahal, dibandingkan dengan layanan internet terestrial

Layanan nya sendiri ada yang berbasis kuota ada juga yang unlimited, tapi biasanya tidak murni Unlimited, akan ada FUP (Fair Usage Policy), misal setelah penggunaan layanan pake unlimited ini menyentuh level kuota GB tertentu, kecepatan otomatis akan terseting ke kecepatan rendah, misal ke max speed 128kbps. 

Untuk kecepatan transmisi data via satelit, saat ini masih banyak yang throughput maksimalnya di 155Mbps. Jadi jangan heran, bila menggunakan layanan internet satelit saat ini kecepatannya masih jauh dibanding kita menggunakan layanan internet via selular atau internet kabel rumah (FTTH, Fiber-To-The-Home) , tapi bila provider nya sudah menggunakan teknologi HTS (High Throughput Satelit), kecepatan data/internetnya akan meningkat, karena secara kapasitas satelit nya sudah bisa melayani mulai dari 100Gbps.

Untuk memberikan layanan komunikasi data / internet via satelit, mereka bisa meluncurkan satelitnya sendiri atau menyewa transponder dari pemilik satelit.

Ada resiko juga jika ingin memiliki satelit sendiri, selain harga nya sangat mahal, saat peluncuran nya juga beresiko, seperti yang terjadi pada Indosat, di April 2020 peluncuran satelit Nusantara 2 nya gagal mengorbit di 113 derajat Bujur Timur.

Supaya Orbit 113 derajat Bujur Timur ini tidak di isi oleh satelit dari negara lain, Indonesia sudah meminta ke ITU untuk slot ini tetap milik Indonesia, dan telah disetujui nanti akan di gunakan oleh Telkomsat, yang merencanakan meluncurkan satelit HTS nya paling lambat di 31 Desember 2024.

Sejak 2015, setidaknya ada 6 satelit dari Indonesia yang sukses menempati orbit yang ditargetkan, yaitu:

  • Satelit Lapan-A2 (Lapan-Orari), diluncurkan 28 September 2015
  • BRIsat, diluncurkan 19 Juni 2016
  • Lapan-A3 (Lapan-A3/IPB, LiSat) diluncurkan 22 Juni 2016
  • Telkom-3S, diluncurkan 15 Februari 2017
  • Telkom-4 (Merah Putih) diluncurkan 7 Agustus 2018
  • Nusantara-1 diluncurkan 22 Februari 2019

Satelit milik PSN, Nusantara-1 menjadi Satelit berkapasitas tinggi atau HTS (High Throughput Satellite) pertama yang dimiliki Indonesia. Sebagai gambaran untuk memiliki satelit HTS Nusantara-1 ini butuh biaya USD 230 juta, sekita 3.3 Triliun dalam rupiah, mahal yak :D.

Perusahaan yang menggunakan layanan VSAT selain dari industri perbankan, banyak dari industri minyak, gas, pertambangan dan operator telekomunikasi seluler.

Starlink Internet Satelit dari Elon Musk

Kemunculan layanan internet satelitnya Starlink membuat gembira para pengguna internet yang selama ini memang pengguna internet satelit via VSAT dan wireless, terutama mereka yang sulit tersentuh jaringan telekomunikasi serat optik.

Para pengguna internet tentu gembira, karena setidaknya kecepatan internet yang akan mereka dapatkan bisa ter-upgrade ke range 50Mbps s.d 150Mbps an, latency di range 20ms-40ms an. 

Meskipun untuk mendapatkan layanan ini perlu investasi perangkat ( Starlink kit: Dish, Wi-Fi Router, Power Supply, Cables dan Mounting Tripod) di USD $499, dan biaya bulanan USD $99. Saat ini layanan Beta nya pun masih unlimited, artinya tidak dibatasi kuota.

Apakah internet satelit Starlink bisa digunakan di Indonesia?

Ternyata mulai di tahun 2022, ditargetkan sudah bisa. Penulis saat ini lokasi ada di Pondok Gede, Bekasi, coba cek dengan melakukan order, didapatkan respon sebagai berikut:

Starlink Elon Musk

Sempat cek juga untuk area Papua, dan konfirmasi yang sama akan tercover Starlink di 2022, tahun depan.

Kita sudah bisa pre-order dengan lakukan deposit USD $99. Karena di Indonesia, belum diketahui nanti harga akhir perangkat nya berapa, apakah masih sekitaran USD $499 juga, jangan lupa nanti akan ada biaya ongkos kirim / shipping cost, biaya bea cukai dan pajak. Entah kalau nanti Elonk Musk kasih promo bebas biaya ongkir, kayak di marketplace tokped/bukalapak/shopee gitu kwkwkwk :D.

Atau nanti akan lebih mudah bila sudah ada kantor perwakilan kantor Starlink Pondok Gede eh Starlink Indonesia, karena pastinya harga yang akan ditawarkan sudah terima beres bagi pembelinya.

Tentunya pihak Starlink juga harus terlebih dulu mengurus perijinan ke Kementrian Komunikasi dan Informatika serta perijinan lainnya agar layanan internet satelit nya ini dapat beroperasi dan ditawarkan ke pengguna internet Indonesia. Kalau tanpa ijin, bisa di ban lho oleh Kominfo.

Nah, pengguna internet gembira, apakah ada yang was-was? Ya, provider telekomunikasi / internet Indonesia jadi was-was, tidak hanya VSAT provider, tapi Internet Service Provider lain juga, baik itu provider internet kabel atau selular, tentunya Starlink ini akan menjadi kompetitor baru di pasar penyedia jasa internet.
Satelit low-earth Starlink ini akan jadi pendatang baru yang harus diwaspadai.

Masih ingat dengan biaya satelit nya Nusantara-1 milik PSN, yang butuh biaya mencapai USD $230 juta (3.3 Triliun Rupiah) atau satelitnya Telkom, Satelit Merah Putih yang butuh USD $ 166 juta (2.4 Triliun Rupiah)? salah satu komponen biaya yang besar adalah biaya peluncuran satelitnya.

Terbayang kan bagaimana sekarang Elon Musk via Starlink nya mentargetkan punya 42ribu satelit low-earth Starlink mengelilingi bumi, ya karena Elon Musk punya alat transportasi roket sendiri, yakni SpaceX

Roket nya ini bisa bolak-balik lagi, PP gitu, so ongkir satelit Starlink ke orbit nya akan bisa mereka tekan.

Hingga Februari 2021, sudah 1000 lebih Satelit Starlink mengorbit. 



hingga tulisan ini dibuat, roket nya SpaceX falcon-9: 108 kali diluncurkan, 68 kali mendarat dan 51 kali di pakai ulang untuk diluncurkan kembali , cek di sini.

Terakhir roket SpaceX meluncur bawa 60 satelit Starlink untuk mengorbit.

Jadi para operator telekomunikasi yang sekarang giat bangun jaringan serat optik ribuan kilometer, baik di darat dan laut, sekarang juga berpacu dengan jaringan telekomunikasi yang di bangun Starlink di ruang angkasa, low-earth-orbit satelit.

Starlink bisa ikut rubah bisnis mobil

Apa yang mungkin terjadi lagi di balik semakin meluasnya coverage layanan internet Starlinknya Elon Musk?

Internet Satelit membuat tidak ada lagi batasan coverage, memungkinkan bisa mendapatkan akses internet di mana pun.

Founder Starlink dan Tesla ini sama, Elon Musk.

Banyak produsen mobil dunia ikut juga menggarap mobil listrik yang Tesla buat, bagus-bagus semua. Berlomba untuk menjadi terdepan membuat mobil listrik terbaik.

Kita mungkin sudah sering dengar nanti mobil bisa nyetir sendiri, sekarang mesti rubah, mobil nyetir sendiri itu sudah ada saudara-saudara, ya jalan diatas 70km/jam mau belok kanan-kiri, berhenti sudah bisa, mobil yang sudah lakukan itu adalah mobil produksi Tesla.

Jadi nanti mobil punya software juga, mobil harus bisa di Update juga software nya.
Tesla memasang banyak sensor di mobilnya, sensor itu akan kirim data ke Tesla, misalkan di jalanan sudah ada 1000 mobil, data-data dari sensor 1000 mobil itu akan terkirim ke Tesla, di olah, update lagi ke si mobil-mobilnya Tesla, maka akan semakin pintarlah si mobil-mobil Tesla ini.

Ingin lihat Full-Self-Driving nya mobil Tesla, cek di video di bawah ini:




Dengan punya satelit sendiri, tentunya mudah saja buat Tesla untuk buat terobosan - terobosan teknologi lain di mobilnya. Sekarang produsen mobil mana lagi yang punya satelit?

Kesimpulan

Jangkauan internet akses dengan kecepatan besar ke pelosok dunia tidak akan lagi ada hambatan, terima kasih dengan satelit HTS dan sekarang Starlink. Semoga akan menyusul pemain-pemain baru lainnya.

Akses internet cepat dimanapun akan melahirkan "dunia baru" yang sebelumnya tak terpikirkan, kita tunggu saja, apa saja itu. Kan gak ada yang tahu sebelumnya? he he.

Bisnis apakah yang akan ter-disrupt dengan kehadiran layanan Starlink ini?
Salam.